Menanggapi maraknya kasus tersebut, Teguh Prasetya, pengamat telekomunikasi menilai, praktik iklan tersebut memang dilakukan oleh pihak operator dan website yang menjadi tujuan pengguna untuk diakses.
“Iya, memang mereka yang melakukannya dan tentunya ada revenue yang dihasilkan oleh iklan tersebut untuk pihak-pihak terkait,” kata Teguh yang juga Ketua Dewan Pakar Indonesia ICT Forum, saat dihubungi Okezone,Rabu (10/9/2014).
Akan tetapi, tentunya, kata Teguh, ini sangat mengganggu sekali dan bahkan melanggar privasi seseorang. Namun apakah ini masuk kategori pelanggan hukum. Menurutnya, hal ini memang masih menjadi pro dan kontra di dunia telekomunikasi, apakah melanggar hukum atau tidak, lantaran belum ada aturan yang jelas.
Karena belum ada aturan jelas tersebut, lanjut Teguh, hal ini belum bisa dikatakan melanggar aturan atau hukum. Tetapi dari sisi user (pengguna) jelas hal itu melanggar privasi mereka, terlebih bila konten tersebut berbau pornografi.
“Dari sisi pengguna, pihak operator seluler seharusnya memberikan semacam opsi sebelum pengguna melihat iklan tersebut apakah bersedia atau tidak,” ungkap Teguh.
Tetapi Teguh menyayangkan, tampilan opsi tersebut belum ada karena belum dibuat oleh pihak-pihak tersebut. Namun, bagi pengguna yang merasa keberatan bahkan terganggu oleh iklan-iklan itu, bisa mengajukan komplain kepada pihak operator telekomunikasi yang bersangkutan.
“Saat ini mungkin caranya bisa lewat costumer care (service) yang ada di layanan operator masing-masing, pengguna bisa menelefon dan menyampaikan komplain itu,” Demikian Teguh
0 Comments
